Workshop Human Interest Photography Arbain Rambey

April 08, 2015

Workshop fotografi tentang human interest dari Arbain Rambey, fotografer senior koran KOMPAS ini sebenernya sudah aku ikuti bulan Desember 2014 lalu. Biasa pemirsa... penyakit "M" nya kumat jadi males mau posting. Nah, mumpung lagi insyaf semangat buat isi blog ini, makanya sekarang aku share. 

Apa sih bedanya human interest dengan street photography?  

Itu pertanyaan yang berkelebat dalam benakku yang belum mendapatkan jawabannya hingga akhirnya jawaban terungkap setelah mengikuti workshop ini. 
Aktivitas yang dilakukan orang saat antri. Diambil menggunakan kamera handphone Sam**ng Duos
Human interest adalah potret manusia dengan segala aktifitasnya. Lalu, apa bedanya human interest dengan street photography? Bukannya keduanya juga memotret orang dengan segala aktifitasnya?

Beda keduanya tipis aja. Kalau street photography lebih spesifik tempatnya, yaitu di jalanan. Artinya, semua foto yang menggambarkan aktifitas manusia disepanjang jalan ataupun sekitarnya (trotoar) disebut street photography.

Sementara human interest lebih luas tempatnya. Dimanapun berada asal itu foto manusia dengan segala aktifitasnya dinamakan human interest.
Ngopi sore di pasar Kangen. Diambil menggunakan kamera mirrorless Sam**ng NX1000

Do & Don't

Ada beberapa catatan yang dikemukakan Arbain dalam workshop. Pertama, foto human interest tidak harus foto orang miskin. Foto juga tak harus berwarna hitam putih. Kedua, tidak usah terlalu berpikir teknis. Orang tidak akan bertanya apakah foto kita mode Manual ataupun Auto, menggunakan kamera SLR ataupun handphone karena yang orang lihat adalah output nya. Artinya, CONTENT is the king!

Dari workshop ini aku juga tahu apa itu 4 unsur dalam memotret, yaitu teknik, posisi, komposisi dan moment. Arbain menambahkan konten dan rasa. Selain menguasai teknis, kita juga harus bisa mengatur posisi dan komposisi yang tepat, serta harus pula pandai memilih moment. Konten dan rasa yang membuat foto terlihat hidup.

Ketepatan posisi, komposisi dan moment akan terasah karena sering berlatih dan melihat foto-foto yang bagus. Jangan segan-segan untuk mempelajari foto-foto yang dihasilkan fotografer andal. "Baca" foto yang mereka hasilkan sebagai bahan pembelajaran kita.

Selain itu, Arbain juga menekankan untuk senantiasa membiasakan membuat rencana sebelum melakukan pemotretan untuk mendapatkan foto yang bagus. Kita juga diharuskan membuat goal yang ingin dicapai. Foto-foto yang bagus biasanya hasil dari rencana yang matang. Beberapa fotografer bahkan menggambarkan rencana dalam sebuah sketsa. 

Dipenghujung acara workshop pembahasan makin seru. Arbain memberi beberapa tips bagaimana posisi memotret tanpa disadari si obyek. Termasuk bagaimana memotret orang yang sedang mandi di sungai #ops :D

Oya, karena human interest ini masuk ke ranah privacy orang lain, sebelum mengunggah ke sosial media ataupun untuk tujuan publikasi, baca dulu aturannya. Setiap negara memiliki aturan masing-masing. Ada negara di Eropa (lupa namanya) melarang mengunggah foto anak-anak tanpa ijin orang tuanya. Kalau nekat bisa kena tindak pidana. Secara umum, asal motreknya lebih dari 5 meter dari si obyek di hampir semua negara dibolehkan. Intinya jangan asal jepret & share. 

You Might Also Like

9 Komentar

  1. makasih mbak ilmunya,saya tahunya potrait,kalau human interest itu pernah baca di blognya mas .....*lupa namanya hehe*,pokoknya blognya potograper gitulah. Harus dicatet nih,sebelum memotret harus disipkan palningnya,saya selalu asal ambil aja hehe

    BalasHapus
  2. ada yang sadar kamera tuh yang lagi ngantri hehe, makasih tipsnya mba, pengen belajar moto juga, tapi kamera belum punya yang mumpuni

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau harus nunggu punya kamera bagus njuk kapan motreknya. Foto yang item putih itu aku pakai kamera ponsel mak.

      Hapus
  3. Baru tahu bedanya apa, mba. Btw, apa harus selalu hitam putih ya? Kayaknya human interest banyakan pake warna ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pakai warna hitam putih selain untuk mendramatisir foto juga untuk menutupi noise. Nggak ada pakemnya harus warna hitam putih. Boleh berwarna.

      Hapus
  4. Human Interest photography emang lebih berasa 'feel'nya kalau hitam putih sih :))
    tapi balik lagi tergantung selera.

    Iya banget tuh human interest jatuhnya suka candid-in orang sih. Cuma agak ngeri juga ya kalo ada aturan seriusnya gitu. Kadang kan suka nggak nyadar, seneng foto-foto momen tapi ternyata ada aturannya juga kalo mau motret orang :|

    BalasHapus
  5. Belajar langsung dari Pakarnya. Luar Biasa Mbak Ika! Om Arbain memang guru yang ramah dan bersahabat, tidak pelit ilmu.

    BalasHapus
  6. Mak Ika, daya ingatnya keren, workshop sekian bulan silam masih ingat baik runtutan penjelasan dari narsum, ini karena passion mak ika juga soal fotografi. aku wes lali kabeh mak. hanya soal tidak asal jepret itu yang sekarang tertanam kuat....heheheheheh

    BalasHapus
  7. Saya tertarik dengan foto human interest, hanya kadang merasa takut kalo share foto orang . Kalo ngambil gambarnya itu candid ya Mak Ika? Pake ijin ke orangnya dulu ndak

    BalasHapus